Zanshin – Pikiran yang Tersisa

Zanshin


 Zanshin secara harafiah diartikan sebagai pikiran yang tersisa. Di sini, terdapat dua aspek. Pertama adalah sebuah keadaan pikiran yang relaks namun sadar, atau perseptif.

Maksudnya, meskipun kita tidak lagi dalam kondisi siaga penuh mengamati sesuatu secara aktif, kita masih tetap sadar dengan situasi sekitar. Aspek kedua dari zanshin adalah terus-menerus, artinya sebuah keadaan pikiran yang terus menerus fokus baik sebelum, selama maupun sesudah eksekusi. Hal ini sering kali dijelaskan sebagai sebuah kesadaran pikiran yang terpelihara dan berkesinambungan.

Zanshin dan mushin saling terkait dan bahkan dikembangkan secara bersamaan. Ketika kita belajar mengembangkan keadaan pikiran mushin (being in the zone, pikiran tenang dan konsentrasi penuh), secara tidak langsung juga membantu mengembangkan zanshin. Zanshin sendiri paling baik dikembangkan ketika pikiran tenang, fokus konsentrasi pada kekinian, dan tidak membiarkan pikiran terganggu oleh bentuk-bentuk pikiran.

Keunggulan zanshin adalah kesadaran terus-menerus. Melatih zanshin berguna untuk mengatasi semua persoalan dengan pikiran yang jernih, tenang dan bijak. Memiliki pikiran dengan keadaan zanshin sangat berguna bahkan ketika kita gagal melakukan sesuatu. Kegagalan dalam hidup terjadi karena banyak faktor, yang mungkin tidak kita ketahui atau kendalikan. Dengan zanshin (kesadaran terus-menerus), kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor eksternal penyebab kegagalan ini dengan mengamati apa yang sebenarnya terjadi selama proses pengambilan keputusan atas aksi yang kita lakukan.

Dengan demikian, kita dapat melihat hasil dari apa yang kita lakukan dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang ada. Dengan zanshin pula kita dapat mengamati mengapa kita berhasil melakukan sesuatu. Terdapat aspek perbaikan terus-menerus yang menjadi kekuatan dibalik kesuksesan seseorang.

 

 Source

Comments

Popular Posts